Monday 8 September 2008

CMS or Framework

Menggunakan CMS atau Framework?
Tags: cakephp, cms, codeigniter, drupal, framework, opensource, rubyonrails, Website

Saya termasuk orang yang mengembangkan website tanpa pernah membuatnya dari nol. Maksudnya, saya tidak membuat komponen dari website itu secara manual satu demi satu. Mulai dari arsitektur website, komponen modul, file uploader, user access, image manager, dll. Biasanya semua dilakukan dengan menggunakan CMS yang OpenSource, seperti Wordpress dan Drupal (jaman dulu juga termasuk PHPNuke). Biasanya memang saya melakukan modifikasi disana - sini agar website ini bisa bekerja sesuai keinginan. Umumnya akhirnya website tersebut akhirnya bisa berjalan sesuai harapan.

Tetapi kemudian datang masalah seperti berikut ini :

1. Website tersebut membutuhkan galery foto dengan fasilitas slideshow.
2. Website tersebut membutuhkan katalog produk.
3. Website tersebut ingin mengimplementasikan fasilitas social network.
4. Website itu ingin menyediakan fasilitas bagi membernya untuk bisa mengupload file MP3. Dan tiap member nantinya bisa mengatur level akses terhadap file MP3 yang dia upload.
5. Website tersebut ingin mempunyai form yang terintegrasi untuk arsip wawancara.
6. dll

Jika saya menggunakan CMS seperti Drupal. Mungkin hal ini masih bisa ditangani dengan ketersediaan modulnya yang sangat banyak. Atau jika memang modulnya belum tersedia, kita bisa membuat sendiri. Selain itu jika kurang puas, kita masih bisa melakukan oprek lebih dalam dengan menggunakan API yang disediakan Drupal. Dengan tujuan agar website ini sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Tetapi, hal ini bisa jadi merupakan masalah baru. Tentunya kadangkala hal ini bisa menjadi solusi untuk satu masalah tetapi bukan tidak jarang malah menimbulkan masalah baru. Beberapa skenario yang sering terjadi :

1. Modul untuk CMS tersedia. Tetapi ada bagian yang tidak sesuai, bahkan mungkin ada bagian yang akhirnya malah terasa mengganggu. Misal modul e-commerce dari Drupal menyediakan begitu banyak fasilitas yang pada kenyataannya tidak saya butuhkan. Sedangkan untuk beberapa bagian justru masih belum sesuai harapan. Dan untuk bisa merubah modul ini, kita harus memahami hampir kesuluruhan struktur modul ini. Ditambah pengetahuan tentang API dari Drupal.
2. Terlalu banyak pilihan modul. Misal modul untuk upload gambar di Drupal. Secara default tidak ada. Kita masih bisa menginstal modul tambahan, sehingga nantinya upload gambar di Drupal akan semudah di Wordpress. Tetapi ketika sampai di tahap theming, saya menyadari bahwa field untuk gambar hasil upload modul tersebut tidak bisa diakse langsung. Berbeda dengan image yang diupload menggunakan bantuan module Image Field (CCK).
3. Dengan API yang disediakan, kadangkala kita masih membutuhkan pengetahuan tentang API lain. Dan pada akhirnya mau tidak mau saya harus mempelajari banyak API, hanya untuk mengetahui bagian mana dari API ini yang tepat untuk solusi masalah saya.
4. Salah satu hal yang paling sulit adalah merubah alur kerja dari website ini. Misal jika user ingin register, tidaklah langsung ditampilkan ke halaman register, tetapi harus melalui satu halaman polling terlebih dahulu. Untuk bisa mengimplementasikan ini, secara tidak langsung kita harus tahu alur kerja (workflow) dari CMS yang kita gunakan.
5. Butuh field yang custom untuk tiap post (tidak hanya field TITLE dan POST saja). Secara default Wordpress menyediakan fasilitas Custom Fields, tetapi penggunaannya masih belum senyaman CCK di Drupal. Untuk itu harus dibuat modul sendiri.
6. dll

Jika memang akhirnya saya ingin menjadi ahli dari CMS tersebut, saya rasa tidak masalah untuk mengikuti solusi yang saya berikan di atas. Tetapi jika saya hanya ingin menggunakan CMS ini sebagai bantuan, sepertinya effort nya terlalu besar.

Bahkan tidak jarang saya merasa, ketika mempelajari semua API, hook, templating, konvensi, dll dari suatu CMS, effortnya mungkin sama besarnya dengan jika saya membangun website tersebut dari nol.

Jadi apakah akhirnya membuat CMS dari nol?

Tidak. Bagi saya tetap tidak. Karena ada beberapa kemudahan di CMS yang tidak saya dapatkan jika saya harus membangun dari nol. Saya harus membangun kerangka / arsitektur dari website tersebut. Dan cukup banyak pula waktu yang tersita untuk membangunnya.

Jadi apa solusinya?

Framework. Bagi saya solusi di tengah - tengahnya adalah framework. Framework menjadi solusi yang tepat jika saya ingin mengembangkan website yang berbasis konten, tetapi dengan beberapa fasilitas yang tidak umum (seperti kasus di atas tadi). Dengan framework yang tepat, saya bisa membuat API saya sendiri, tetap mendapatkan fasilitas templating secara default, fasilitas layering untuk database, dan salah satu yang paling saya sukai adalah fasilitas URL Friendly secara default. Saya tidak tahu apakah semua framework menyediakan fasilitas tersebut, tetapi yang jelas Framework yang saya pakai (CodeIgniter) menggunakannya.

Pilihan framework yang cukup terkenal :

1. Prado - PHP (contoh : website Univertias Indonesia) : Kalau tidak salah ini seperti menjadi ASP.Net pada PHP
2. CodeIgniter - PHP(contoh : OkeZone.com), Jujur saja, saya tahu CodeIgniter dari situs OkeZone ini, dan sampai saat ini paling nyaman menggunakan ini, karena framework ini terdokumentasi dengan baik.
3. Ruby On Rails - Ruby (contoh : SharingFoto.com) : Situs ini diklaim sebagai web aplikasi pertama di Indonesia yang menggunakan Ruby On Rails.
4. CakePHP - PHP (contoh : OwnCafe.com) : Salah seorang yang sangat aktif dalam edukasi CakePHP di Indonesia adalah Sunu Wibirama (alumni Teknik Elektro UGM). Situs lokal cake-php bisa dilihat di idcake.web.id
5. Symfony (PHP), Django (Python), dll

Saya sendiri masih penasaran dan menantikan Mambo CMS versi 5.0 yang akan menggunakan CakePHP sebagai basisnya. Dengan kondisi seperti itu, maka level kustomisasi bisa dilakukan dari tingkat yang paling dasar (langsung menggunakan framework),di lapis tengah (modul), maupun lapis akhir (theming).

Jika ada yang tertarik dengan framework - framework di atas, jangan lupa pahami satu istilah ini : MVC (Model View Controller).

1 comment:

hanum said...

Untuk security kedepannya sih lebih baik pakai Framework. CMS memang mudah tapi tidak membuat kita 'belajar' :D